Ballon d'Or, Ajang Kontroversi atau Dagelan FIFA?


Sabtu, 11 Januari 2014

 

Ballon d'Or sejatinya adalah sebuah penghargaan yang digagas oleh majalah olahraga asal Prancis, France Football. Tujuannya jelas mulia, yakni ingin memberikan apresiasi pada para pelakon sepakbola, yang dianggap menjadi yang memberikan penampilan terbaik di tahun yang bersangkutan.

Para Jurnalis dari seantero Eropa ditunjuk untuk menentukan siapa pesepakbola yang berhak memenangkannya. Hingga pada tahun 2010, FIFA dan France Football mencapai kesepakatan untuk membuat penghargaan baru bernama FIFA Ballon d'Or, hasil penggabungan dengan award lain bernama FIFA World Player of The Year.

Mulai 2010 pula, jurnalis tak lagi menjadi penentu pemenang. Kapten dan pelatih tim nasional dari seluruh negara masing-masing mendapatkan hak suara untuk menentukan siapa yang dianggap pantas untuk mendapatkan Bola Emas.

Namun semenjak itulah, Ballon d'Or diselimuti banyak kontroversi. Tentu saja hal ini tak bisa dilepaskan dari terpilihnya Lionel Messi sebagai pemenang selama empat edisi terakhir secara beruntun.

Banyak suara sumbang yang mengiringi catatan Messi tersebut, mulai dari isu mengenai kriteria, cara voting, hingga konspirasi antara badan sepakbola tertinggi di dunia. Hal yang sama juga terjadi menjelang pengumuman edisi tahun ini, di mana Ronaldo dipercaya akan 'dibekingi' oleh FIFA.

Berikut adalah beberapa kontroversi dan teori konspirasi yang bisa Bolanet kumpulkan mengenai FIFA Ballon d'Or.

1. Teori Konspirasi Ronaldo

Teori Konspirasi Ronaldo

FIFA sebelumnya secara resmi menyebut bahwa masing-masing pelatih dan kapten tim nasional harus menyerahkan tiga kandidat Ballon d'Or yang mereka pilih pada tanggal 15 November. Namun secara mendadak, organisasi sepakbola tertinggi di dunia itu memutuskan untuk menundanya hingga 29 November.

FIFA beralasan bahwa hal ini dilakukan karena suara yang masuk terlalu sedikit deadline diperpanjang untuk memberi kesempatan bagi mereka yang belum memilih untuk segera menentukan keputusan.

Namun tak sedikit yang berpendapat bahwa ini hanyalah akal-akalan FIFA untuk 'memenangkan' Ronaldo. Pasalnya, mereka yang sebelumnya sudah menentukan pilihan, juga diperbolehkan untuk mengubahnya.

Apalagi selama kurun waktu perpanjangan itu, Ronaldo justru tampil paling bersinar dibanding dua kandidat lainnya. Ia mencetak hat-trick ke gawang Swedia untuk membawa Portugal lolos ke putaran final Piala Dunia meski melalui babak play-off.

Mengapa FIFA begitu ingin Ronaldo memenangkan penghargaan ini? Well, ada beberapa laporan yang menyebut Ronaldo kurang begitu senang dengan fakta bahwa Messi sudah memenangkannya selama empat kali berturut-turut. Namun siapa yang tidak demikian jika kalah empat kali dari orang yang sama.

Namun alasan yang paling kuat adalah FIFA tidak ingin salah satu bintang sepakbola terbesar di dunia berseberangan dengan mereka, jadi kemudian FIFA memutuskan untuk menonjolkan kehebatan Ronaldo dan memberi kesempatan pada pemilih untuk mengubah pendapatnya. 

2. Sudah Diatur

Sudah Diatur

Itulah yang diteriakkan oleh Jose Mourinho di sepanjang akhir Desember 2012, tak lama berselang FIFA mengumumkan Lionel Messi menjadi pemenang Ballon d'Or untuk keempat kalinya secara beruntun.

Cristiano Ronaldo ada di urutan kedua dan rekan setim Messi, Andres Iniesta, duduk di urutan tiga. Jose Mourinho menyebut bahwa kemenangan Messi sangat tidak masuk akal, dilihat dari aspek manapun.

"Ballon d'Or sudah diatur sebelumnya. Ketika mereka yang berkuasa di sepakbola sudah memiliki keinginan dan melakukan kampanye khusus, maka tidak ada yang bisa anda lakukan," tuturnya waktu itu.

Mourinho pun kemudian percaya bahwa jika ada yang menganggap Messi sebagai pemain terbaik se-planet, maka Ronaldo adalah yang terbaik se-jagat raya. Tentu saja saat itu Mourinho masih menjadi pelatih Real Madrid.

"Jika anda ingin memberikan Ballon d'Or karena seorang pemain adalah yang terbaik, berikanlah pada Messi atau Cristiano."

"Tapi pikirkan ini: jika dua orang itu ada pada level yang sama, apakah normal jika yang satu memenangkan empat di antaranya, sementara yang satu lagi yang memenangkan satu? Tidak menurut saya."

Tak sedikit yang kemudian mulai percaya pada Teori Mourinho, yang tentu ada hubungannya dengan pembahasan kita di bagian berikutnya.

3. Voting Bermasalah

Voting Bermasalah

Meski aturan mengenai voting untuk Ballon d'Or sudah cukup jelas, namun bukan berarti sistem berjalan tanpa masalah. Bahkan dalam beberapa kesempatan ditemukan beberapa kejanggalan mengenai suara yang masuk ke FIFA.

Sistem bukan satu-satunya masalah dalam penentuan pemenang Ballon d'Or. Tampaknya para pemilih tak diberikan ketentuan secara jelas, dalam satu tahun kalender, dalam satu musim terakhir, atau musim yang sudah berjalan, yang jadi patokan untuk menentukan yang terbaik. Akibatnya, tak jarang ada pemilih yang hanya mengajukan satu nama alih-alih tiga seperti permintaan FIFA

Berikut adalah daftar beberapa keanehan yang bisa dikumpulkan oleh Bolanet.
• Tahun 2011, kapten Santa Lucia, hanya memilih Lionel Messi sebagai nomor 1 dan tak memilih dua kandidat lainnya
• Tak hanya Santa Lucia, suara dari Burundi, Estonia, Makedonia, Selandia Baru, dan Pakistan tidak memberikan tiga kandidat nama.
• Pengaruh pelatih dianggap amat terasa melihat suara dari kapten Timnas China untuk Ballon d'Or 2011. Ia memilih Iker Casillas, Xavi Hernadez, dan Andres Iniesta atau sama persis dengan pelatihnya, Jose Antonio Camacho, yang notabene berasal dari Spanyol.
• Kesamaan pilihan dengan pelatih juga terjadi di tahun 2011 pada suara dari Norwegia dan Austrlia. Khusus untuk duo pelatih-pemain Portugal, Paulo Bento dan Nuno Gomes, secara misterius mereka sama-sama memilih Cristiano Ronaldo sebagai nomor satu dan Nani sebagai nomor dua.
• Pengaruh politik dan personal juga terasa di Ballon d'Or 2011. Kala itu pelatih Timnas Iran, Carlos Queiroz, dikritik oleh Presiden Federasi Sepakbola Portugal karena memilih Lionel Messi sebagai yang pertama. Banyak orang kemudian mengaitkan ini dengan hubungan buruk Queiroz dan Ronaldo.
• Maret lalu, Goran Pandev mengklaim bahwa ia memilih Jose Mourinho sebagai kandidat pelatih terbaik FIFA. Namun secara misterius suaranya malah masuk ke arsitek Spanyol, Vicente Del Bosque. Kertas suara yang ditunjukkan oleh FIFA bahkan membuktikan bahwa tanda tangan yang tertera tak sama dengan tanda tangan Pandev yang asli.
• Tak lama kemudian, diketahui bahwa sudah jamak untuk sebuah federasi sepakbola menandatangani surat suara Ballon d'Or sebagai bentuk perwakilan, namun terkait perubahan vote dari Mourinho ke Bosque, tak ada yang bisa menjawab hingga kini.
• Januari 2013, Nehanda Radio melaporkan bahwa pelatih tim nasional Zimbabwe, Rahman Gumbo, mengaku tak pernah diminta untuk memilih siapapun jadi pemenang Ballon d'Or. Mengejutkan, nama Gumbo kemudian muncul di daftar pemilih resmi yang dikeluarkan oleh FIFA.
• Kasus di Zimbabwe jadi makin menarik karena suara kedua mereka tak datang dari kapten, melainkan wakil kapten - Esrom Nyandoro. Parahnya lagi, Nyandoro juga mengaku tak pernah memilih siapapun. Kertas suara yang ditunjukkan FIFA bahkan menunjukkan namanya dieja dengan salah, menjadi 'Ersom'

4. Kriteria

Kriteria

Tak ada yang pernah tahu apa yang dasar penentuan pemenang FIFA Ballon d'Or. Satu waktu diyakini raihan trofi akan memuluskan jalan seorang pemain menjadi pemenang, namun kali lain nampaknya justru jumlah gol yang jadi faktor krusial.

Pernyataan resmi dari FIFA menyebutkan bahwa pemenang Ballon d'Or dinilai berdasarkan pada: penampilan di turnamen besar, penghargaan individu dan tim, talenta individu, kemampuan dan sikap fair play, perjalanan karir dan juga kharisma serta kepribadian.

Kriteria tersebut yang kemudian membuat banyak orang bertanya-tanya pada tahun 2010 dan 2012, saat Messi mendapatkan Ballon d'Or.

Pada tahun 2012 misalnya, Diego Forlan dan Wesley Sneijder menunjukkan bahwa mereka tak hanya bisa membuat klubnya meraih gelar, namun juga memainkan peran yang vital untuk membuat negara mereka meraih prestasi yang amat baik pada gelaran Piala Dunia di Afrika Selatan.

Tahun 2010, skenario yang hampir mirip terjadi ketika Messi mendapatkan trofi tersebut tanpa menjadi bagian dari skuat yang memenangkan Piala Dunia. Itulah kali pertama penghargaan diberikan pada pemain yang di tahun yang sama tidak berhasil membawa timnya melaju ke partai final Piala Dunia.

Pada tahun 2011 Ronaldo mencetak lebih banyak gol, Messi memenangkan Ballon d'Or karena ia menjadi juara liga. Sedangkan pada tahun 2012, Messi mencetak banyak gol dan Ronaldo menjadi kampiun La Liga. Jadi dalam satu tahun kriteria penilaian FIFA mendadak berubah?

Salah seorang pemenang Ballon d'Or, saat masih diadakan oleh France Football, Hristo Stoichkov, memiliki komentar menarik soal ini.

"Saya pikir Ballon d'Or harus diberikan di antara bulan Agustus dan Juni. Jika penghargaan diberikan pada bulan Januari, apa yang terjadi? Franck Ribery memenangkan empat titel bersama Bayern, di tahun yang sama, Messi memenangkan gelar dan Ronaldo tak memenangkan apapun. Apa yang terjadi andai Ribery cedera dan tak bermain dari Agustus hingga Desember? Jika Messi dan Ronaldo mencetak banyak gol hebat dan Ribery sama sekali tak bermain, siapa yang kemudian mendapat penghargaan itu?" tutur Stoichkov.

"Apa tujuannya? Penghargaan ini harusnya diberikan berdasarkan performa satu tahun, bukan satu tahun setengah. Ini hanyalah akal-akalan FIFA. Kemudian mereka memberikan 10 atau 20 hari tambahan bagi mereka yang akan bermain di Piala Dunia untuk mendapat lebih banyak suara. Ini tidak adil," imbuhnya.

0 komentar: